Sabtu, 22 Oktober 2011

FAKTOR PENGHAMBAT DALAM BERPRESTASI MAKSIMAL PADA ATLET CABANG OLAHRAGA ANGGAR DI DIY

August 31st, 2010


(Analisis sederhana dengan interview ke beberapa responden), Oleh : Faidillah Kurniawan (Dosen Jur. PKL FIK UNY)
ABSTRAK
Olahraga anggar dapat diartikan sebagai permainan bela diri yang menggunakan pedang. Olahraga anggar adalah bermain dengan menggunakan floret, degen dan sabel. Pada hakikatnya olahraga anggar itu sendiri juga tidak mempunyai perbedaan dalam hal tujuan dengan olahraga – olahraga lainnya, dimana olahraga anggar sama-sama menawarkan prestasi ataupun rekreasi bagi yang menekuninya.
Proses latihan untuk mencapai prestasi maksimal tentunya diperlukan pola pembinaan yang baik, dan juga dengan harus memperhatikan faktor – faktor lain. Beberapafaktor penentu pencapaian prestasi maksimal terdiri dari dua faktor besar, yaitu faktor indogen dan faktor eksogen. Faktor indogen yaitu, kesehatan fisik dan mental, bentuk tubuh serta proporsi tubuh selaras dengan olahraga yang diikuti, penguasaan teknik, penguasaan taktik, memiliki aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik, memiliki kematangan juara yang mantap. Faktor eksogen yaitu, pelatih, sarana dan prasarana, organisasi, dan juga lingkungan.
Segala sesuatu tidak akan dapat menghasilkan sesuatu yang sempurna apabila dari batang tubuh itu sendiri belum mampu berdiri tegak kokoh dan utuh, untuk itulah hendaknya segala lini seperti tersebut di atas hendaknya diperbaiki terlebih dahulu sehingga akan dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal.
Kata Kunci : Faktor penghambat, prestasi, Anggar.
PENDAHULUAN
Cabang olahraga anggar merupakan salah satu cabang olahraga yang masih minoritas di dalam perkembangannya di masayarakat, baik itu dalam skala Nasional maupun dalam skala Daerah. Masyarakat masih banyak awam sekali mengenai salah satu cabang olahraga ini, olahraga yang seperti apa, yang bagaimana, dan lain sebagainya. Tetapi, ada juga yang telah sedikit mengerti olahraga ini, walaupun hanya sebatas olahraga yang seperti pada film ungkap masyarakat, sembari menunjuk film yang sering dikenal dengan “ZORRO”, yaitu film pahlawan yang menggunakan topeng hitam dan seragam hitam yang selalu berperang menggunakan pedangnya. Masyarakat juga hanya mengetahui mungkin seperti itulah olahraga anggar ini.
Dalam memberikan pengertiannya saja mengenai cabang olahraga anggar ini kita membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi memperkenalkan melalui praktek, latihan, dan juga dalam mendongkrak prestasi misalnya, tentu akan lebih rumit lagi. Dimana pada kenyataannya hal tersebut merupakan salah satu alasan mendasar yang pada kenyataannya untuk memunculkan atlet anggar baru untuk berprestasi ke kancah Nasional memanglah tidak mudah, ada saja penghambat yang dihadapi baik dari ; pemasalan, pembinaan, kepengurusan, dan lain sebagainya.
Proses latihan untuk mencapai prestasi maksimal tentunya diperlukan pola pembinaan yang baik, dan juga dengan harus memperhatikan faktor – faktor lain. Menurut Soeharno (1985 : 2-4), faktor penentu pencapaian prestasi maksimal terdiri dari dua factor besar, yaitu faktor indogen dan faktor eksogen. Faktor indogen yaitu, kesehatan fisik dan mental, bentuk tubuh serta proporsi tubuh selaras dengan olahraga yang diikuti, penguasaan teknik, penguasaan taktik, memiliki aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik, memiliki kematangan juara yang mantap. Faktor eksogen yaitu, pelatih, sarana dan prasarana, organisasi, dan juga lingkungan.
Hakikat Olahraga Anggar
Olahraga anggar dapat diartikan sebagai permainan bela diri yang menggunakan pedang (IKASI, 2002 : 1). Menurut Mangangantung (1987 : 8) , olahraga anggar adalah bermain dengan menggunakan floret, degen dan sabel. Pada hakikatnya olahraga anggar itu sendiri juga tidak mempunyai perbedaan dalam hal tujuan dengan olahraga – olahraga lainnya, dimana Selberg (1976 : 10) mengemukakan yaitu olahraga anggar sama-sama menawarkan prestasi ataupun rekreasi bagi yang menekuninya.
Olahraga anggar terdiri dari 3 (tiga) jenis spesifikasi senjata yang dipertandingkan yaitu, floret, degen dan sabel. Penggunaan pada setiap pedangnya mempunyai sistem yang berbeda – beda disamping bentuk pedang serta bidang sasaran yang berbeda pula. Menurut IKASI (2002 : 2-4), perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Floret
Floret adalah pedang yang penggunaannya hanya untuk menusuk. Bentuknya langsing, lentur dan ringan, ujungnya datar, berpegas dan bulat tumpul. Apabila ditusukkan dapat naik dan turun seperti sakelar, hal ini terutama digunakan untuk jenis floret electric (listrik). Bidang sasaran yang harus dikenai adalah bagian togok yaitu, dari pangkal paha ke atas sampai pangkal lengan dan leher.
  1. Degen
Degen adalah senjata yang penggunaanya hanya untuk menusuk. Bentuknya segitiga berparit, pada pangkal tebal sampai ke ujung makin kecil, namun kuat dan agak kaku. Ujungnya datar bersih serta berpegas yang berfungsi sebagai tombol pada waktu menusuk. Bidang sasaran yang diserang adalah seluruh tubuh dari ujung kaki sampai ujung kepala.
  1. Sabel
Sabel adalah senjata yang penggunaannya untuk memarang (cut), tetapi bisa juga digunakan untuk menusuk. Bentuknya segitiga dengan sudut tidak tajam, seperti parang kecil/tipis, makin ke atsa makin pipih dengan ujung dibengkokkan. Bidang sasaran yang diserang mulai dari panggul ke atas sampai kepala dan seluruh tangan.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Prestasi Atlet
Memang dalam segala hal pasti terdapat dua sisi yang berlawanan, seperti halnya ada hidup ada mati, ada gelap ada terang, ada siang ada malam, ada maju ada mundur, ada pendukung ada penghambat. Adapun disini penulis mencoba merunut beberapa gambaran faktor penghambat yang mempengaruhi pencapaian prestasi. Pada bagian sebelumnya Soeharno (1985 : 2) mengungkapkan bahwa ada beberap faktor penentu dalam pencapaian prestasi atlet, yaitu : Faktor indogen adalah faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari atlet itu sendiri, dan Faktor eksogen, yaitu faktor yang berasal dari luar seperti ; pelatih, sarana prasarana, organisasi, lingkungan, dan lain sebagainya.
  1. Faktor Atlet
1) Aspek – aspek factor atlet
Menurut Soeharno (1985 : 2), factor penentu prestasi olahraga adalah factor indogen atau atlet itu sendiri yang meliputi :
a)      Kesehatan fisik dan mental yang baik
b)      Bentuk tubuh, proporsi tubuh sesuai dengan olahraga yang diikutinya
c)      Kondisi fisik dan kemampuan fifik yang baik
d)     Penguasaan teknik yang sempurna
e)      Menguasai masalah – masalah taktik
f)       Memiliki aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik
g)      Memiliki kematangan juara yang mantap.
Hampir senada dengan yang diungkapkan oleh Anwar Pasau dalam Sajoto (1988 : 3-4), bahwa factor internal meliputi :
a)      Aspek biologi terdiri atas :
(1)    Potensi atau kemampuan dasar tubuh, seperti : kekuatan, kecepatan, kelincahan dan koordinasi, power, daya tahan otot, daya kerja jantung dan paru – paru, kelentukan, keseimbangan, ketepatan, kesehatan.
(2)    Fungsi organ – organ tubuh, seperti : daya kerja jantung, peredaran darah, daya kerja paru – paru, system pernapasan, daya kerja pernapasan, dan daya kerja panca indera.
(3)    Postur dan struktur tubuh, seperti : ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar dan berat tubuh, somato-type tubuh.
(4)    Gizi, seperti : jumlah makanan yang cukup, nilai makanan yang memenuhi kebutuhan, variasi makanan yang bermacam – macam.
b)  Aspek – aspek psikologis terdiri atas :
(1)   Intelektual, ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan bakat.
(2)   Motivasi
(a)    Dari diri atlet (internal): perasaan harga diri, kebanggaan, keinginan berprestasi, percaya diri, perasaan sehat, dan lain – lain.
(b)   Dari luar diri atlet (eksternal) : penghargaan, pujian, hadiah (material, uang), kedudukan, dan lain – lain.
(3)   Kepribadian
(a)    Yang menguntungkan dalam pembinaan prestasi, seperti : ketekunan, kematangan, semangat, berani, berhati – hati, mudah menerima, bijaksana/serius, tenang, percaya diri, terkontrol, cakap/pintar, praktis, teguh pendirian, dan lain – lain.
(b)   Yang kurang menguntungkan, seperti : mudah tersinggung/emosi, cepat bosan, kurang cakap, sembrono, ragu – ragu, pemalu, lambat menerima, curiga/cemburu, bersifat kewanitaan, tidak terkendali, tidak tetap pendirian, menyendiri, penakut, dan lain – lain.
(4)   Koordinasi kerja otot dan syaraf
(a)    Kecepatan reaksi motorik
(b)   Kecepatan reaksi karena rangsang penglihatan dan pendengaran.
2)      Kriteria Atlet Anggar
Menurut Bompa (1994 : 334), untuk mendapatkan atlet anggar yang berbakat harus mempunyai kriteria sebagai berikut : waktu reaksi yang baik, koordinasi yang baik, kecerdasan bertaktik, ketahanan terhadap lelah dan tekanan, kapasitas aerobic dan an aerobic yang baik. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Bompa, Broer (1976 : 146), yang menyatakan bahwa seorang peanggar harus lincah, cepat, cerdas, mampu menguasai mental dan mengontrol emosi, kemampuan menganalisa dengan cepat, serta koordinasi yang baik.
Selberg (1976 : 12) mengutarakan bahwa seorang atlet dapat bermain anggar dengan baik hendaknya menguasai teknik dasar anggar yaitu posisi kuda – kuda (the guard), gerak kaki (footwork), tangkisan (parries), dan serangan (attacks).
  1. Faktor Pelatih
a)      Kriteria dan Tugas Pelatih
Menurut Kamtomo (1986  67), untuk menjadi seorang pelatih yang baik, paling tidak harus memiliki beberapa kemampuan atau criteria antara lain : kemampuan fisik, kemampuan psikis, kemampuan pengendalian emosi, kemampuan social, tanggung jawab dan pengabdian demi prestasi atlet. Mendukung pernyatan tersebut, Sukadiyanto (1997 : 33) menyatakan bahwa criteria pelatih yang baik antara lain adalah ; memiliki pengetahuan dan keterampilan cabang olahraga profesinya, bersikap kepribadian yang baik, sehat jasmani dan rohani, serta mampu berperan sebagai seorang pendidik atau guru yang baik.
b)      Kemampuan Fisik Pelatih
Menurut Kamtomo (1986 : 67), ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hal kemampuan fisik seorang pelatih, yaitu ; physical fitness, skill performance, proporsi fisik yang harmonis dan sesuai dengan cabang olahraga yang dilatih. Pelatih yang mempunyai kemampuan fisik yang baik akan dapat membantu atletnya mencapai prestasi maksimal karena pelatih itu adalah sebagai model bagi atletnya (Djoko P I, 2002 : 18 – 19).
c)      Kemampuan Psikis Pelatih
Kamtomo (1986 : 70), menjelaskan ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam kemampuan psikis ini diantaranya adalah :
1)      Memiliki pengetahuan yang luas tentang bidangnya baik secara teoritis maupun praktis
2)      Memiliki IQ yang tinggi
3)      Memiliki daya imajinasi serta daya kreasi yang mengagumkan
4)      Memiliki keberanian bertindak dan berkemauan keras untuk menang dalam batas – batas sportifitas
5)      Memiliki kecintaan dan dedikasi terhadap bidangnya.
Menurut Harsono (1988 : 31) menyatakan bahwa tinggi rendahnya prestasi atlet banyak tergantung dari tinggi rendahnya pengetahuan dan kemampuan serta keterampilan pelatihnya, pendidikan formal dalam ilmu olahraga dan kepelatihan akan sangat membantu segi kognitif dan psikomotor dari pelatih. Hal ini dipertegas oleh Selberg (1976 : 15), selaku praktisi anggar, yaitu seorang pelatih anggar yang berkompeten harus menguasai teknik dasar antara lain :
1)      Footwork, seperti advance and retreat
2) Lunge and recovery
3)      Posisi pegangan dan tangkisan (parries)
4)      Riposte, meliputi yang langsung dan tidak langsung
5) Right-of-way
6)      Mengerti masalah peraturan dan perwasitan.
d)     Kepribadian Pelatih
Harsono (1988 : 57) menyatakan bahwa kepribadian positif yang diharapkan dari seorang pelatih adalah akrab, ambisi tinggi, dipercaya, jujur, kepemimpinan yang baik, kooperatif, kreatif, mengerti orang lain, disiplin pribadi, obyektif, optimis, energik, rajin, setia, mempunyai sifat humor, emosi stabil, tulus hati.
  1. Sarana dan Prasarana
a)      Alat dan Fasilitas
Sesuai dengan pernyataan DEPDIKBUD (1985 : 16) menjabarkan fungsi dari fasilitas (sarana prasarana) adalah :
1)      Fasilitas tidak saja mendukung terlaksananya program pendidikan olahraga di sekolah, tetapi juga menampung kegiatan di luar jadwal sekolah, seperti peretandingan antar sekolah dan semacamnya.
2)      Fasilitas berfungsi sebagai wadah kegiatan olahraga masyarakat dan sekitarnya.
b)      Alat dan Fasilitas Olahraga Anggar
Selberg (1976 : 165) menerangkan bahwa fasilitas olahraga anggar yang mendukung suksesnya suatu klub anggar adalah tempat berlatih, gedung yang memiliki penerangan yang cukup dan lantai yang baik merupakan tempat yang ideal untuk berlatih anggar.
Perlengkapan pribadi yang harus dimilki pemain anggar adalah serargam anggar, sarung tangan, masker, dan pedang anggar. Dikarenakan anggar sekarang adalah anggar yang modern, maka perlengkapan pribadi bertambah dengan senjata electric, body wire, dan metallic jacket. Selain perlengkapan pribadi, perlengkapan standar yang harus dimiliki oleh suatu klub anggar adalah scoring equipment (Selberg, 1976 : 149 – 165).
  1. Organisasi
a)      Hakikat Organisasi
Organisasi adalah suatu system perserikatan formal, terstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu (Hasibuan, 1996 : 25). Menurut Pandjaitan (1986 : 7), organisasi adalah setiap bentuk kerja sama antara manusia yang terikat oleh suatu ketentuan, yang bermaksud untuk mencapai tujuan bersama. Pernyatan ini juga didukung oleh Syamsi (1994 : 13), bahwa organisasi adalah wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
b)      Fungsi Manajemen dalam Organisasi
Dalam perputaran roda menghidupkan organisasi apapun sangatlah dibutuhkan nafas dalam memanejemen suatu organisasi dengan baik, sehingga secara ototmatis organisasi itu akan tetap ada dan hidup apabila suatu organisasi tersebut mempunyai tujuan yang akan dicapai. Sesuai dengna yang diungkapkan oleh Hasibuan (1996 : 17) adalah “Jika manajemen dan organisasi baik, maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat”. Dari setiap simpulan sementara, sebenarnya menurut beberapa ahli bahwasanya fungsi manajemen dalam suatu organisasi tidak selalu sama. Sesuai dengan pernyataan tersebut, Henry Fayol seperti dikutip oleh Hasibuan (1996 : 17), dimana dia menyatakan fungsi manajemen adalah “planning, organizing, commanding, coordinating, controlling”.
Lingkungan yang menunjang prestasi baik menurut Gunarsa dkk (1996 : 87) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang sifatnya menunjang prestasi adalah :
1)      Lingkungan secara umum, khususnya lingkungan social
2)      Keluarga, khususnya orang tua
3)      Pembina dan pelatih : para ahli sebagai penunjang dan para pelatih yang membentuk dan mencetak langsung agar semua komponen yang dimiliki muncul dan berprestasi setinggi mungkin.
Begitu pula Semiawan (1987 : 64) menyoroti dari ruang lingkup yang lebih spesifik lagi dengan pernyataanya bahwa “sebagaimana guru dalam lingkungan sekolah, maka orang tua dalam lingkungan rumah, dimana memegang peranan sangat penting dalam usaha – usaha mencapai prestasi bagi anak berbakat”.
Hal senada juga dilontarkan oleh Kamtomo (1986 : 2 – 3) bahwa lingkungan sekolah juga tidak jarang dapat memberi warna kepada tindakan olahragawan pada waktu berlatih ataupun bertanding, saat masa – masa ujian maupun kegiatan ekstrakurikuler menuntut pencurahan semua daya upaya kepada tugas – tugas sekolah tersebut, akibatnya kalau dipaksakan berlatih maupun bertanding maka hasilnya akan jauh berbeda dengan masa – masa dimana tidaka ada tugas sekolah.
c)      Kompetisi
Kompetisi merupakan salah satu factor yang mempengaruhhi prestasi atlet , dan keikut sertaan atlet dalam kompetisi eksibisi memungkinkan atlet mencapai kesiapan mengahadapi kompetisi utama (Bompa, 1996 : 249), sesuai terdapat pada bagian lain  juga Bompa (1996 : 250) membagi kompetisi menjadi kompetisi utama dan kompetisi eksibisi.
Harsono (1988 : 237) juga menyatakan bahwa tujuan dari pertandingan/kompetisi bertujuan untuk :
1)      Untuk mengevaluasi kondisi serta kesiapan fisik, teknik, taktik, dan mental atlet guna feed back dalam merencanakan latihan – latihan untuk musim latihan berikutnya.
2)      Untuk mengevaluasi prestasi atlet maupun tim setelah berlatih selama 4-5 bulan.
3)      Untuk menseleksi atlet guna dipilih menjadi bagian tim inti.
KESIMPULAN
Atlet dalam berprestasi haruslah mendapatkan sumbangsi dukungan yang besar, tetapi disamping faktor pendukung segala sesuatu akan lebih baik juga apabila kita mau merunut ke faktor – faktor yang sekiranya akan menghambat. Hal tersebut dikarenakan tidak selamanya segala sesuatu itu dapat selalu berjalan sesuai apa yang kita harapkan, ada saja batu sandungan ataupun halangan rintangan yang harus kita lewati dalam menunjang keberhasilan.
Secara umum setelah dikaji sesuai dengan pada bagian sebelumnua bahwasanya ternyata setelah dilansir dari beberapa responden yang terdiri dari atlet, pelatih, pengurus dan orang tua atlet terdapat berberapa penghambat dalam menunjang keberhasilan atlet anggar di DIY. Adapun setelah didapatkan beberapa faktor penghambat yang dimaksud tersebut adalah ; faktor dari diri atlet itu sendiri, faktor dari pelatih, faktor dari kelengkapan sarana prasarana latihan dan pertandingan, faktor dari sudut ke organisasian, faktor lingkungan baik secara internl maupun eksternal dan juga faktor kekerapan atau jam terbang mengikuti kompetisi.
Segala sesuatu tidak akan dapat menghasilkan sesuatu yang sempurna apabila dari batang tubuh itu sendiri belum mampu berdiri tegak kokoh dan utuh, untuk itulah hendaknya segala lini seperti tersebut di atas hendaknya diperbaiki terlebih dahulu sehingga akan dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
A.P. Pandjaitan. (1986). Dasar Teori Olahraga dan Organisasi. Bandung : Rossda Offset.
Bompa,Tudor O. (1994). Theory and Methodology of Training. Iowa : Kendall/Hunt Publishing Company.
Broer, Marion R. (1976). Individual Sport for Women. Philadelphia : W.B.Saunders Company.
Conny Semiawan. (1987). Prinsip Teknik Pengukuran dan Penilaian dalam Dunia Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
DEPDIKBUD. (1985). Prasarana Olahraga Untuk Sekolah dan Hubungannya dengan Lingkungan. Jakarta : Depdikbud.
Djoko Pekik I. (2002). Dasar Kepelatihan. Yogyakarta : FIK UNY.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dan Hubungannya dengan Lingkungan. Jakarta : DEPDIKBUD.
Ibnu Syamsi. (1994). Pokok – Pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
IKASI. (2002). Sejarah, Kegiatan, Peraturan. www.http//KONI.or.id.
Malayu Hasibuan. (1996). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara.
Mangangantung A. (1987). Pelajaran Anggar. Jakarta : PB IKASI.
M. Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : DEPDIKBUD.
Ndong Kamtomo. (1986). Psikologi Olahraga. Jakarta : DEPDiKBUD.
Selberg, Charles A. (1976). FOIL. California : Addison-Wesley Publishing Company.
Singgih D.Gunarsa, M.P. Setiadarma & Myrna H.R. Soekasah. (1996). Psikologi Olahraga Teori & Praktek. Jakarta : PT. BPK. Gunung Mulia.
Suharno.HP. (1985). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta : FPOK IKIP Yogyakarta.
Sukadiyanto. (1997). Pembinaan Kondisi Fisik Petenis. Jakarta : PB. PELTI.


sumber : http://blog.uny.ac.id/faidillahkurniawan/2010/08/31/faktor-penghambat-dalam-berprestasi-maksimal-pada-atlet-cabang-olahraga-anggar-di-diy/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar